Sepertinya memang ada grand desain yg dibuat seolah-olah PKI akan muncul, tujuannya jelas untuk pilpres 2019. Penyerangan ulama dan intimidasi-intimidasi lainnya adalah bentuk aksinya. Isu munculnya PKI atau sentimen agama memang lebih menarik dimainkan dibandingkan isu pendidikan/kesehatan gratis, harga bbm murah, atau penjualan aset bangsa yang dianggap sudah bukan isu jaman now.

...................

Sentimen agama mmng sangat emosional untuk dijadikan alat pemersatu. Meskipun lapar atau kenyang, lulusan SD atau PhD, mereka pasti masih akan bergerak jika keyakinannya disinggung apalagi dihina. Jatuhnya Ahok yang diikuti aksi bela Islam yang berjilid-jilid bisa menjadi role model strategi pilpres 2019.

Video Ahok yang menjadikan dia didakwa menistakan agama digoreng dengan sempurna hingga berhasil menjadi alat pemersatu umat dan menjadikan pemetaan suara pilkada DKI lalu lebih jelas, membuat beberapa orang galau dan akhirnya tidak jadi memilih Ahok hanya karena alasan seolah-olah dia dihadapkan pada pilihan pilih Ahok atau agamamu?, padahal sebelumnya dia sadar bahwa Ahok memiliki kapabilitas memimpin dan membuat Jakarta lebih baik. Terbukti gorengan ini bukan hanya di nikmati di DKI, tapi se-Nusantara ribut membahasnya.

Gorengan ini terus dijaga hangatnya dengan isu kriminalisasi seorang ulama yang dituduh melakukan tindakan asusila hingga sang ulama tidak berani kembali ke tanah air. Sayangnya isu ini kurang mendapat hati karena masih banyak juga yang tidak simpatik dengan kepribadian sang ulama tersebut.

Mungkin akan beda jika ulama-ulama yang terdekat dengan masyarakat yang diserang. Imam mesjid, marbot, atau ustad-ustad yang dikenal dekat dengan masyarakat adalah contohnya. Penyerangan beberapa imam mesjid dengan air keras atau pemukulan oleh orang-orang gila atau pura-pura gila mungkin bisa jadi contoh kasus. Ini dapat menjadi alasan yang lebih emosional untuk merapatkan barisan mempersatukan umat.

Dalam keresahan dan ketakutan yang diciptakan akan sangat mudah untuk memasukkan doktrin-doktrin untuk digiring pada kepentingan tertentu secara masif melalui media sosial, salah satunya doktrin untuk memilih pemimpin yang dapat melindungi atau pro umat.

Jadi kencangkan sabuk pengaman anda, turbulensi toleransi hidup beragama akan mengganggu perjalanan berbangsa anda selama satu tahun kedepan. Dan harap maklum saja.

Isu keagamaan ini akan terus dihangatkan hingga pilpres tahun depan namun ditambah dengan strategi lain. Isu agama dan PKI juga digunakan pada pilpres lalu untuk menjatuhkan pamor Jokowi, namun sayang isu yang digoreng kurang matang karena tidak menyentuh sisi emosional pemilih, dan juga kejelasan program-program yang ditawarkan, track record, dan personal Jokowi yang sederhana mampu meningkatkan elektabilitasnya sehingga mampu memenangkan pemilu 2014.

Isu agama akan kembali dimainkan, bukan lagi menyerang Jokowi secara pribadi, namun membangun opini bahwa presiden kedepan harus pro rakyat dan pro umat pada khususnya. Sedangkan Jokowi akan tetap memainkan isu pembangunan infrastruktur dan perbaikan ekonomi makro yang dicapainya. Isu yang dimainkan Jokowi ini sudah jelas akan di counter dengan isu-isu penjualan aset bangsa dengan kedok investor asing dan aseng, dan pertumbuhan ekononi yang belum mencapai 7% seperti janji sebelumnya. Selain itu strategi lain yang digunakan untuk mengalahkan Jokowi adalah mengusung 3 calon presiden untuk pilpres tahun depan, sama seperti strategi mengalahkan Ahok di pilkada DKI dengan harapan pada putaran kedua suara pemilih yang kalah akan beralih ke pasangan selain Jokowi.

Bagi saya, siapapun presiden tahun depan semoga memiliki kejelasan visi, tahu masalah utama bangsa ini dan tahu apa yang harus di lakukan, tidak seperti kisah Akechi Mitsuhide yang berhasil membunuh dan menggulingkan kekuasaan pemimpin samurai Oda Nobunaga yang diceritakan Eiji Yoshikawa di novel Taiko. Setelah menggulingkan Oda Nobunaga dan dielu-elukan, dia kemudian kebingunan karena sadar dia tidak mempunya kemampuan memimpin dan visi yang jelas, hanya karena ambisinya membunuh dan menjatuhkan Nobunaga.

Salam,
Okayama Feb/15.

No comments:

Post a Comment