Nak, Waktu penerbangan papa ke Tokyo, papa lihat gunung Fuji dari jendela pesawat, Masya Allah indahnya.
Dengan bahasa Jepang Papa yang amburadul, Papa memang sengaja minta duduk di dekat jendela sebelah kiri ke mba-mba nihonjin yang cantik waktu check in di bandara Nak, supaya bisa liat Gunung Fuji dari pesawat. Tapi tenang Nak, jangan marah, Mama mu masih lebih cantik dari mba-mba tadi. 
Nak, dua tahun lalu Papa pernah berdiri diatas tanah tertinggi di Jepang itu. Capek nak, 17 jam naik turun gunung, tapi kisahnya abadi bersama Papa. Begitu juga dengan gunung-gunung yang lain yang dulu pernah papa daki berhari-hari bersama sahabat-sahabat Papa.
Sekolah juga gitu Nak, capek, tapi ilmunya akan terus menjagamu.
Naik gunung tidak selamanya nanjak terus nak, kadang menurun dan melandai. Untuk mendapat puncak tertinggi kita harus mencapai beberapa puncak-puncak terendah dulu. Kalau ada yang langsung sampai puncak mungkin dia punya uang atau jabatan untuk naik helikopter, karena sampai sekarang Papa belum percaya superman dan iron man itu ada.
Begitu juga sekolah Nak, sebelum sarjana harus lulus SD sampai SMA dulu, kalau ada yang langsung sarjana yah mungkin dia punya helikopter, eh maksud Papa mungkin dia beli ijazah Nak.
Selama mendaki jangan tergesah-gesah, kadang jalannya dipercepat, diperlambat, atau harus berhenti dulu istirahat Nak. Kalau jalannya cepat itu artinya tujuan kamu hanya puncak. Bukan itu Nak, lihat kiri kananmu, nikmati pemandangannya. Seperti lagu naik-naik ke puncak gunung, kiri kanan kulihat semua... Meskipun jalan di kegelapan malam, pasti ada bintang di atas dan ada lampu-lampu rumah penduduk di bawah yang indah dipandang.
Sama.. anak sekolah juga gitu Nak, jangan hanya kejar ijazah saja. Bergaul dengan temanmu, asah hobi mu, ikut organisasi, jika kamu harus merantau jangan hanya kamar dan kampus saja tempatmu, bergaullah dengan siapa saja, karena bisa saja mereka jadi keluargamu di perantauan dan diluar dinding kampus itu ada juga ilmu2 yang sembunyi.
Nak, saat kamu telah punya ijazah itu artinya kamu sudah ada di puncak gunungmu. Bergembira boleh, tapi jangan sombong Nak, karena di atas gunung kadang kita melihat puncak-puncak lain yang belum kita capai, namun telah dicapai orang lain.
Mungkin puncak gunung yang kamu pijak adalah puncak yang paling keren, tapi ingat Nak, tiap puncak yang lain selalu punya cerita dan perjuangan sendiri bagi pendakinya.
Saat kamu sudah di puncak jangan sombong nan jumawa Nak, jangan merasa kamu yang paling tinggi memandang kecil orang-orang di bawah sana, karena orang di bawah mu juga memandang kecil dirimu di atas sana, begitu kata pepatah Cina. Dan satu lagi, masih ada orang yang naik pesawat yang lebih tinggi dari kamu dan juga memandangmu kecil. Hehehe
Turunlah dari gunung Nak, duduk dibangku yang sama tingginya, bagi pengalamanmu, ceritakan kisahmu dengan tulus agar orang lain mengambil manfaat, maka orang lain akan menganggapmu besar, tapi kepalamu jangan ikut membesar.
--------
Buat para bintang nya Papa, Fadhil dan Faeyza,
Madison, 2018.07.16

No comments:

Post a Comment