Akhir pekan atau saat libur kampus saya biasa membawa anak saya bermain di taman dekat rumah, saya sebenarnya malas apalagi libur begini rasanya ingin berada dibawah selimut saja. Namun demi perkembangan motorik mereka saya selalu mengiyakan jika mereka minta ditemani ke taman daripada mereka bermain game di kamar saja.

Saya kaget saat mereka bermain cukup ekstrim, khususnya si adek yang bermain ayunan berdiri atau minta diayun setinggi dan sekencang-kencangnya, begitu juga saat manjat-manjat dengan gaya manuver yang aneh-aneh tanpa takut terjatuh.

Saya kadang ingin berteriak melarang mereka karena takut mereka terjatuh, namun saya kadang malu karena disaat yang sama para ibu-ibu muda yang biasa ikut menemani anak-anak mereka terlihat santai saja melihat anak-anak mereka bermain seperti itu bahkan usia anak mereka lebih kecil dibandingkan si adek. Mereka baru akan melarang jika anak mereka bermain namun mengganggu atau tidak berbagi dengan anak yang lain yang juga bermain bersama.

Saat pulang dari taman saya biasa baru melarang mereka agar jangan bermain seperti itu lagi, dan menakut-nakuti mereka kalau mereka jatuh bisa patah tulang, kepala bocor atau minimal luka, walaupun setelah itu saya sadar bahwa itu salah, yang benar adalah cukup menasehati mereka agar bermain lebih hati-hati dan waspada atau jangan tattalekang (banyak gaya).

Sudah bosan saya melihat anak-anak yang terjatuh saat berlari, manjat atau naik sepeda namun di cuekin saja oleh orang tuanya, hanya disuruh berdiri sendiri dan disuruh lanjut bermain meskipun kakinya telah memar atau lecet terluka. Awalnya saya kira cerita orang-orang tentang hal itu adalah fiktif eh ternyata sebuah realita :)

Orang tua mereka pun tau kalau anak-anak jatuh dan menangis itu adalah cara mereka cari perhatian supaya bisa dikasihani dan dimanja. Tapi itu tidak mempan, mereka sudah paham trik itu dan dibiarkan saja, tidak begitu reaktif dan protektif belebihan apalagi sampai memukul tanah, lantai, atau batu yang didakwa sebagai pelaku.

Lama-kelamaan anak-anaknya juga paham dan tidak nangis lagi sekencang-kencangnya saat jatuh, karena mereka tahu kalau mereka akan dicuekin saja. Nangisnya palingan hanya karena nahan sakit, bukan nangis cari perhatian.

Ini adalah salah satu cara mereka mendidik anak-anak agar menjadi mandiri, tidak gampang mengadu, tidak cengeng, dan tidak suka dikasihani. Negara ini pun bisa bangkit dan menjadi negara maju meskipun kalah perang karena mereka adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat itu.



Salam,

Mappe

No comments:

Post a Comment