Sejak tahun 1996 tema yang diangkat pada perayaan hari pangan sedunia selalu saja mengenai melawan kelaparan dan bagaimana memberi makan rakyat dunia. Yah sudah jelas pangan memang untuk memberikan kebutuhan energi dan nutrisi pada manusia selain beban lainnya yg akan diberikan kepadanya kelak ketika minyak bumi telah habis yaitu sebagai penyedia energi bagi mesin-mesin.

Berbicara mengenai kelaparan, kelaparan bukan hanya mengenai kekurangan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak), namun juga mengenai kekurangan mikro nutrisi atau yang biasa disebut dengan hidden hunger. Permasalahan gizi mikro yang banyak ditemui di Indonesia adalah kekurangan zat besi, yodium, asam folat, Vitamin A dan beberapa Vitamin B. Namun, terpenuhnya kebutuhan karbohidrat dan protein harian bagi sebagian besar masyarakat dirasa sudah cukup untuk melaksanakan aktivitas harian. Pola pemikiran seperti ini yang menyebabkan kasus hidden hunger di Indonesia cukup banyak ditemui. Kelaparan bukan hanya berbicara mengenai bentuknya, namun banyak aspek yang dapat ditinjau khususnya dari segi organisasi pertanian.

World Food Day 2012

Tahun ini FAO mengangkat tema mengenai Agricultural cooperatives : Key to feeding the world. Menurut FAO, kurang lebih satu dari tujuh orang  menderita kelaparan, namun bukan berarti pertanian tidak mampu memberi makan semua manusia didunia, beberapa permasalahan kelaparan terdapat pada keterbatasan akses untuk mendapatkan sumber pangan. Krisis pangan di Haiti pada tahun 2008 menyebabakan rata-rata penduduknya mengalami kekurangan 22% kebutuhan kalori harian, sementara diwaktu yang sama pemerintah Kanada mengeluarkan intensif sebesar $225 dari tiap babi yang dibunuh karena populasinya meningkat, dan tidak ada satu ekorpun babi yang dikirim ke Haiti. Enam perusahaan mengontrol 85% perdagangan biji-bijian dunia, dan tiga perusahaan mengontrol 83% biji kakao. Sejak 1970an, produksi pangan semakin mendunia dan terkonsentrasi. Segelintir negeri mendominasi perdagangan makanan pokok di dunia. 80% ekspor gandum berasal dari enam negeri exportir, demikian pula halnya dengan 85% beras. Tiga negeri memproduksi 70% ekspor jagung (Hattingh). Cargill dan Bunge secara efektif mengontrol produksi jagung dunia, yang artinya hanya merekalah yang menentukan seberapa banyak hasil tanaman tiap tahun yang digunakan untuk membuat etanol, pemanis, pakan ternak atau pangan untuk manusia. Korporasi  agribisnis besar memiliki kekuasaan yang begitu besar dengan menguasai hasil panen komoditi sehingga memungkinkan mereka untuk mengontrol harga bahan baku dari petani.

Krisis pangan saat ini tidaklah berdiri sendiri, krisis ini merupakan puncak dari masalah-masalah pertanian yang yang menumpuk selama puluhan tahun. Tiga dekade ini, negara-negara kaya memaksa membuka pasarnya selebar mungkin, kemudian membanjiri pasar-pasar mereka dengan pangan yang disubsidi, dan hasilnya adalah kehancuran bagi pertanian dunia ketiga. Restrukturisasi pertanian global tidak berhenti sampai disitu, beberapa negara dibujuk dan diintimidasi untuk mengadopsi kebijakan pertanian unutk menghasilkan komoditi ekspor dengan mengedepankan produksi tanaman tunggal (monokultur), Fokus terhadap komoditi ekspor menyebabkan hasil yang absurd dan tragis bahwa terjadi kelaparan di negeri-negeri yang menjadi pengekspor pangan.

Penelitian demi penelitian telah menunjukkan bahwa produksi pangan global secara konsisten telah melampaui pertumbuhan penduduk, dan jumlah produksi pangan dunia lebih dari cukup untuk memberi makan semua manusia di dunia.Menurut FAO jumlah pangan yang diproduksi oleh dunia cukup unutk menyediakan 2800 kalori per hari bagi tiap orang (Mousseau). Jadi “seharusnya” tidak ada orang yang kelaparan di dunia ini. Mahatma Gandi berkata, “seluruh isi bumi ini cukup untuk memenuhui kebutuhan semua manusia, namun isi bumi ini tidak mampu memenuhi kebutuhan satu orang yang serakah”

Agricultural cooperative
Ada kesempatan yang luas bagi petani untuk memberi makan lebih dari 9 milliar manusia di tahun 2050. menurut FAO, berinvestasi pada koperasi dan lembaga pertanian pedesaan merupakan salah satu jalan untuk mencapai ketahanan pangan. Mengapa koperasi menjadi salah satu kunci ketahanan pangan? Koperasi mampu berkontribusi terhadap pertanian dengan membantu penyediaan akses informasi, peralatan atau layanan yang dibutuhkan petani. Hal inilah yang  memungkinkan mereka unutk meningkaatkan  produksi pangan, memasarkan barang, menciptakan lapangan pekerjaan yang secara tidak  langsung akan meningkatkan keamanan pangan global.

Koperasi mampu memberikan petani sebuah kekuatan pasar dan mendapatkan harga yang lebih baik, dan juga dengan koperasi dapat memfasilitasi partisipasi petani dalam pengambilan keputusan. Jika 1 milyar petni menjadi anggota koperasi maka diperkirakan akan menghasilakn 100 juta pekerjaan diseluruh dunia, baik itu dibidang pertanianm perikanan, kehutanan atau peternakan dimana semua anggota berpartisipasi dalam kegiatan produksi, pembagian keuntungan, pembagian resiko yang mengakibatkan daya tawar yang lebih baik bagi anggotanya di pasar.

Koperasi merupakan suatu bentuk organisasi bisnis namun berbeda dengan model Investor-owned firms (IOFs). Keduanya dapat diatur sebagai perusahaan, manun berbeda dalam tujuan. IOFs bertujuan untuk mengejar profit setinggi-tingginya unutk para pemegang  saham, sedangkan koperasi berusaha untuk memaksimalkan manfaat yang mereka hasilkan unutk anggota mereka.

Hampir 900 juta orang kelaparan didunia ini dan 70% tinggal di daerah pedesaan dimana pertanian merupakan andalan perekonomian. Kehadiran koperasi di pedesaan diharapkan mampu menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk mengurangi kemiskinan dan kelaparan, karena kita semua sadar bahwa sesuatu yang terorganisir itu pasti lebih baik dalam mengatasi masalah apapun.


Co-operatives are a reminder to the international community that it is possible to pursue economic sustainability and social responsibility” (Ban Ki Moon)



Makassar, 16 Oktober 2012

salam,

Februadi BastianTulisan ini juga dapat dibaca pada : http://www.ift.or.id/2012/10/koperasi-atasi-kelaparan-dunia-world.html

No comments:

Post a Comment