Saya adalah salah seorang yang takut dengan binatang yang bernama anjing, mungkin karena saya merasa tubuh saya kurus hingga otak saya dipenuhi pikiran bahwa anjing melihat saya sebagai makanannya. hehehehe. Anjing sebenarnya binatang yang sangat tertarik pada manusia. Namun sebenarnya anjing cuman melihat manusia dengan dua sikap, yaitu ancaman atau bukan ancaman. Anjing sangat memperhatikan kearah mana tubuh kita condong, kedepankah atau kebelakang, jika kedepan anjing merasa bahwa anda adalah sebuah ancaman, demikian pula dengan tatapan mata langsung ke arah mereka membuat mereka merasa terancam. Anjing juga memperhatikan tarikan nafas, rahang, dan sikap lengan kita untuk mengkategorikan kita sebagai sebuah ancaman atau bukan.

Pengetahuan tentang anjing itu sy dapat setelah membaca buku What the Dog Saw karangan Malcolm Gladwell. Sebuah insting alami yang sebenarnya juga dimiliki manusia, namun seiring dengan bertambahnya usia dan beban pikiran, kepekaan itu perlahan menurun. Anak kecil masih memiliki kepekaan ini, makanya kita harus bertingkah selucu dan seongol mungkin untuk menarik perhatian anak kecil. Bagi seorang pawang anjing, cukup dengan mengelus dia mampu menghentikan seekor anjing yang menyalak. Hanya bagi seorang pawang anjing yang mampu dengan mantapnya berjalan mendekati seekor anjing galak dan membuat anjing itu menjilatinya.

Dalam beberapa hal kita selalu melihat dengan kacamata kita, kita mengukur dengan ukuran-ukuran kita. Sudah jelas visual dan ukuran itu berbeda dengan orang lain. Bulan puasa ini kami sempat berkunjung ke Panti Asuhan memberikan sedikit bantuan dalam acara buka puasa bersama dengan mereka. Bagi mereka anak-anak yatim mereka sangat beruntung ketika bulan Ramadhan ini, karena mereka berkesempatan lebih sering merasakan makanan enak dengan banjirnya undangan atau bantuan buka puasa bersama. Ternyata jauh direlung hati mereka mereka bukannya melihat menu apa yang mereka dapatkan, namun mereka merasa lebih (!) diperhatikan dan disayangi ketika bulan Ramadhan. Anak yatim tidak hanya melihat santunan yang kita berikan, namun melihat santunan itu sebagai wujud kasih sayang, dan mereka haus akan hal itu. Kita saja yang kadang menyesakkan otak kita dengan ukuran-ukuran kita. Yah seperti itulah mungkin yang menyesakkan otak para calon-calon kandidat sebelum pemilu ketika memberikan bantuan-bantuan. Mereka mungkin berpikir karena dengan sumbangan itu maka suara akan mengalir kepada mereka. Wallahu Alam.

Sejauh mana kita dapat mengerti perasaan orang lain adalah seberapa besar waktu kita luangkan untuk mendengar mereka, atau sekedar mengamati getar suara, raut muka dan bahasa tubuh mereka untuk menangkap perasaan mereka, sejenak mengeluarkan diri kita dari kerumunan pikiran dan ukuran-ukuran kita dan mencoba masuk ke ukuran mereka. Seperti kata iklan Asuransi Prudential always listenig always understanding. Bukannya berpromosi, namun mungkin sebegitu hebatnya Prudential membuat sebuah tag line hingga sangat dijiwai oleh para karyawannya. Saya memiliki seorang sahabat (sy memanggilnya abang), suami dari sahabat sy juga yang berkerja di Prudential, orangnya sangat kalem, menurut saya beliau adalah seorang pendengar sejati karena memiliki seorang istri yang sangat lihai jika ngomong, dan sy harus akui bahwa saya harus belajar banyak untuk lebih menjadi seorang pendengar dari beliau. hehehehe (maaf bun)

salam,
Selamat Berpuasa.

No comments:

Post a Comment