Berawal dari dentuman suara soundsystem dangdutan dari hajatan pesta pernikahan tetangga didepan kosan, saya kembali menemukan satu kepingan jalan ceritaku. Saya yang ikut nonton dangdutan tiba-tiba menjadi sunyi diantara keramaian itu mencoba kembali melirik satu persatu tahapan-tahapan yang membawa saya berdiri disini. Kadang saya bertanya apakah sudah benar saat ini saya berada disini, ataukah ini hanyalah hadiah kecil dari Tuhan atas apa saja yang telah saya lakukan. Entah.. kadang saya sedikit menyesal atas apa yang seharusnya bisa saya perbuat lebih maksimal diwaktu lalu.

Saya tau Tuhan teralu baik untukku, Dia begitu banyak menjawab doa-doaku, jika saya hitung-hitung sangat sedikit permintaanku yang Dia tidak terima, walaupun saya sadar kadang saya meminta berlebih dariNya. Kadang saya meminta seember air darinya walaupun wadah yang saya bawa hanya wadah secangkir. Dia kadang menolak permintaanku karna saya sendiri kadang tidak tau apa yang saya mau dan saya sendiri tidak tegas dengan apa yang saya minta kepadaNya. Ibadahku memang belum sempurna, hambblumminannasku masih banyak kotoran-kotorannya, usahaku belum maksimal, sedangkan permintaanku sangat besar, sungguh saya hamba yang tidak tahu malu.!

Lagu dangdut itu masih saja membius para pendengarnya

Ada yang bilang semua akan indah pada waktunya. Saya ingin tambahkan semua akan indah pada waktunya jika terus diusahakan, bukan diharapkan. Kegagalan bukanlah suatu kesuksesan yang tertunda, tapi merupakan rangkaian kesalahan yang dibuat. Yah.. bolehlah berkata demikian untuk membesarkan hati dan mengurangi rasa kekecewaan, tapi bukankah kesuksesan akan selamanya tertunda dan bahkan tidak akan terjadi jika tidak usahakan lagi. Ya Allah, berikan kami selalu kekuatan dan semangat dari Mu walaupun kami ini orang-orang bego yang tidak bisa membaca tanda-tanda dari Mu tapi berikanlah kami selalu kekuatan dan semangat itu untuk terus berusaha hingga Engkaupun mengacungkan jempol bagaikan Engkau sedang mengklik kata like pada facebook kepada kami dan memberikan kami sedikit dari apa yang kami cari. Dan semoga kami tidak seperti para penonton dangdut itu yang terbius oleh nikmatMu dan lupa mensyukurinya.

Sepertinya para penonton bukan lagi menikmati harmoni lirik dan musiknya, tetapi goyangan penyanyinya

Menjadi seorang manusia yang memiliki akal, pikiran dan perasaan selalu diperhadapkan pada pilihan-pilihan. Takut, ragu atau optimislah yang menjadi jawaban sebelum melangkah. Pengalaman selalu berperan besar dalam menentukan jawaban kita. Ragu bukanlah jawaban yang diinginkan oleh semua orang, sedangkan rasa takut dan optimisme kadang menjadi dua jurang yang sama. Rangkaian dari pilihan-pilihan itulah yang membawaku berada disini. Mungkin saja jika ada mata rantai lain yang saya untai dari keputusan-keputusan yang pernah saya ambil dulu, sudah jelas sy bukan seperti saat ini.

Tiap keputusan itu punya konsekuensi tersendiri, belum lagi dari bisik-bisik orang lain yang kadang lebih sibuk jika kita gagal dalam mengambil suatu keputusan. Untuk masalah itu saya suka dengan kutipan Dr.Aidh Al Qorni, yaitu "orang yg benar-benar berjiwa besar memandang caci-maki itu perkara kecil, dan orang yg berjiwa kerdil melihat sentilan sekecil apapun adalah perkara besar". Yah memang penonton lebih suka melihat goyangan penyanyi dangdut daripada mendengar lagunya.

Orkes masih saja berlanjut, yang berjoget dan yang saweran makin asik. Saya kembali ke kamar

Dalam kehidupan Tuhanlah tempat kita kembali, dalam keseharian keluargalah tempat kita kembali. Itu adalah status Facebook teman saya Bu Ai Nelly yang dirilis ulang oleh tetua saya Donna Imelda (dua orang yang sudah matang dalam menjalani kehidupan). Tidak selamanya kita berjuang, selalu ada ruang untuk kita beristirahat. Segelas air yang ringan jika diangkat terus menerus akan menjadi terasa berat juga. Orkes dangdut itu masih saja berlangsung, namun waktuku telah habis untuknya, saya kembali ke kamar dan menuliskan note ini.

No comments:

Post a Comment